Jumat, 20 Mei 2011

Menunggu Hasil UN 2011 Tingkat SMP/MTs


Dari informasi yang beredar akan diumumkan pada tangal 4 Juni 2011, dan kabar lainnya diumumkan tanggal 28 Mei 2011.Hari-hari menunggu berbaur dalam rasa harap dan khawatir, baik bagi siswa yang ikut Ujian,orang tua siswa,guru-guru,kepala sekolah,pengawas,disdikpora bahkan semua yang sangat peduli kemajuan pendidikan di Kota Tanjungpinang. Kota pusat pemerintahan, Kota yang diharapkan sebagai pelopor pendidikan di Kepulauan Riau.Yang akhir-akhir ini jadi sorotan karena dianggap "terendah". Tentunya tidak semua sepakat kalau prediket "terendah" hanya ditentukan dari indikator nilai UN dan kuantitas kelulusan. Yang terbaik adalah bagaimana kuantitas yang berkualitas dapat ditingkatkan secara bersamaan.


Logikanya... pendidikan berkualitas (mutu) sememangnya akan meningkatkan kuantitas (kelulusan). Tapi kenyataannya bisa saja kuantitas atau kelulusan "didongkrak" dengan target yang spektakuler, sementara kualitas "kempes" dan "bocor" disana-sini. Ini bukan pembelaan diri.Jujur diakui pendidikan di Kota Tanjungpinang secara kuantitas masih dilevel bawah bila diukur dari indikator hasil UN dan kuantitas atau jumlah kelulusan.Itupun tertuju pada kuantitas dalam prosentase.

Bagaimanapun hasilnya nanti. Penghargaan yang setulusnya kepada segenap satuan pendidikan, khususnya guru-guru bidang study yang telah berupaya semaksimal mungkin dalam upaya peningkatan mutu dan kualitas siswa dengan selalu mengedepan tanggungjawab dan menjunjung tinggi kejujuran , karena pendidikan dasar dan menengah adalah sebagai jembatan ketingkat pendidikan yang lebih tinggi. bukan tujuan akhir.

Prediksi tingkat kelulusan berdasarkan evaluasi TO jika tingkat SMA/MA/SMK adalah 95 - 97 % , Alhamdullilah tercapai 96,43% . Sedangkan prediksi kelulusan untuk SMP/MTs diperkirakan diatas 90% . Namun jika melihat aktivitas belajar dan mengajar mendekati UN semakin gencar tidak mustahil capaian nantinya bisa melampaui 98% . Insya Allah.

Segera setelah nilai diumumkan dan diterima , perlu untuk kembali dievaluasi untuk dijadikan bahan perbaikan untuk menentukan langkah-langkah menetapkan kebijakan selanjutnya. Sambil menunggu kita berharap agar kondisi pengumuman UN SMA/MA/SMK tidak terulang lagi yang dilakukan terburu-buru dan tidak akurat sehingga menyebabkan terlanjurnya munculnya opini yang dunia pendidikan kota Tanjungpinang kembali tersudutkan. Sebaiknya kembalikan kepada peraturan/ketentuan yang ada, bahwa kelulusan siswa ditentukan oleh rapat dewan guru pada setiap satuan pendidikan. Dengan demikian lebih afdol bila pengumuman dimedia massa dilakukan setelah setiap satuan pendidikan menetapkan kelulusannya.
SEMs-200511

Rabu, 18 Mei 2011

Permendiknas No.11/2011 Ttg Sertifikasi Guru

Permendiknas_Nomor_11_Tahun_2011

Sabtu, 14 Mei 2011

Hasil UN SMA/MA/SMK 2011 adalah 96,43% (90,96 = ????)


Walaupun menurut jadwal, pengumuman hasil kelulusan siswa baru diumumkan secara resmi jam 16.00 tanggal 16 Mei 2011. Nyatanya bocoran hasil umum UN tingkat SMA/MA/SMK telah menjadi berita utama media lokal, Mulai dari peringkat, nilai tertinggi sampai siswa yang memperoleh tranking teratas. Coba kita kutip sebagian judul pada media yang terbit Senin tanggal 16 Mei 2011.

Judul :- 231 Siswa SLTA se Kepri Tak Lulus, Tg.Pinang Terendah
Ditulis No.7 Lulus sebanyak 2.606, Tidak Lulus 109 Persentase 90,06%
Judul :-107 Siswa Pinang Tak Lulus UN
Ditulis :No.7 Tanjungpinang Persentase 90,96 %
Judul :- Pinang Masih Ranking Terakhir
Dirilis ..........Tempat terakhir Kota Tanjungpinang 90,96 %
Judul yang dikutip tersebut, umumnya terbit pada halaman pertama. Judul yang kita jadikan cambuk kepada semua insan pendidik dan kependikan agar berupaya lebih maksimal dalam memajukan pendidikan di Kota Tanjungpinang yang kita cintai ini.
Terlepas dari pembelaan diri. Yang sangat mengusik dan menimbulkan tanda tanya adalah apakah data tersebut tidak terlalu dini untuk dipublikasikan dan apakah data-data tersebut sudah dihitung dengan benar. Benarkan persentase kelulusan SMA/MA/SMK Kota Tanjungpinang 90,96 %. dan yang tak lulus sebanyak 107 atau 109 siswa.? . Pertanyaan itulah yang menggelitik untuk saya coba menghitung kembali dari dokumen yang sama dari sumber yang sama.
1. Jika yang Lulus 2.606, Tidak Lulus 109 , Tingkat Kelulusan 90,96%
Maka artinya :
**. Peserta adalah 2.606 + 109 = 2.715 siswa. dan Jika yang Lulus 90,96 % berarti yang tidak lulus adalah 9,04% atau 245 Siswa ???? (bukan 109 atau 107 siswa)
b. Jika yang tidak lulus adalah 109 :
Maka berarti :
Persentase Kelulusan adalah : ( x % X 2.715=109 Siswa Berarti x = 4,01 % Maka % tase kelulusan adalah 95,99% ( bukan 90,96%)

Tingkat Kelulusan Siswa SMA/MA/SMK Tanjungpinang 2011 adalah 96,43%

Setelah menghitung ulang tingkat kelulusan siswa diperoleh data sebagai berikut:
SMA/MA
Jumlah Peserta sebanyak 1.456 Siswa Lulus 1.367 Siswa atau 93,89% Tidak Lulus 89 Siswa
SMK
Jumlah Peserta sebanyak 1.259 Siswa Lulus 1.251 Siswa atau 99,36% Tidak Lulus 8 Siswa
Sehingga Jumlah Siswa SMA/MA/SMK adalah 2.715 Siswa Lulus sebanyak 2.618 atau 96,43 % .Siswa Tidak Lulus 97 siswa atau 3,57%.

Tingkat kelulusan 100%
  1. SMA Negeri 1
  2. SMK Negeri 1
  3. SMK Negeri 2
  4. SMK Pembangunan
  5. SMK Indra Sakti
  6. SMK Raja Haji
  7. SMK Engku Putri
  8. SMA Santa Maria
  9. SMA Pelita Nusantara
  10. SMK Pelita Nusantara.
Nilai 10 besar tertinggi se Kepulauan Riau 6 Sekolah dari Kota Tanjungpinang
Peringkat SMA/MA
-. Shelly dari SMA Negeri I Tanjungpinang Peringkat I
-. Ivone dari SMA Negeri I Tanjungpinang Peringkat 6
-. Juliati dari SMA Negeri I Tanjungpinang Peringkat 8
-. Wendijo dari SMA Negeri I Tanjungpinang Peringkat 10
Peringkat SMK
-. Irene dari SMK Negeri I Tanjungpinang Peringkat 9
-. Mariyanto dan Susanti dari SMK Negeri I Tanjungpinang Peringkat 10

Naik, Tapi bukan terendah
Itulah realitas yang perlu untuk disyukuri dan sekaligus hasil UN tersebut dapat dijadikan dorongan dan bahan evaluasi dan intropeksi bahwa masih sangat diperlukan upaya yang sungguh-sungguh dan terencana dan berkesinambungan , untuk peningkatan mutu pendidikan khususnya di Kota Tanjungpinang kedepan.
Disadari bahwa semua pihak sudah berupaya dan berusaha sedaya mampu dan telah memberikan yang terbaik. Hasilnya masih perlu untuk ditingkatkan. dan tahun UN 2011 telah mengalami peningkatan sekitar 7% dari tahun yang lalu, kendati masih berada dilevel 5 atau 6 .
Target telah dipatok 100 %, Prediksi kita adalah 95 s/d 97% Hasilnya adalah 96,43 %.
Selamat Bertugas untuk semua dan Apresiasi saya untuk semua pihak.

Data Tingkat Kelulusan Selanjutnya :
1. SMA Negeri 2 Peserta 288 Siswa , Lulus 287 Siswa (99,65%) Tidak Lulus 1 Siswa
2. SMA Negeri 3 Peserta 138 Siswa, Lulus 128 Siswa (92,75%) Tidak Lulus 10 Siswa
3. SMA Negeri 4 Peserta 248 Siswa, Lulus 239 Siswa (96,37%) Tidak Lulus 9 Siswa
4. SMA Negeri 5 Peserta 181 Siswa, Lulus 168 Siswa (92,82) Tidak Lulus 13 Siswa
5. SMA Negeri 6 Peserta 76 Siswa, Lulus 51 Siswa (67,11%) Tidak Lulus 25 Siswa.
6. MAN Peserta 113 Siswa, Lulus 96 Siswa (84,96%), Tidak Lulus 17 Siswa
7. SMA Muhammadiyah Peserta 15 Siswa, Lulus 14 Siswa (93,33%), Tidak Lulus 1 Siswa
8. SMA PGRI Peserta 27 Siswa, Lulus 17 Siswa (62,96%), Tidak Lulus 10 Siswa
9. MAMU Peseta 15 Siswa, Lulus 12 Siswa (80%), Tidak Lulus 3 Siswa
11.SMK Negeri 3 Peserta 232 Siswa, Lulus 226 Siswa (97,41), Tidak Lulus 6 Siswa
12.SMK Negeri 4 Peserta 88 Siswa, Lulus 87 Siswa (98,86%) Tidak Lulus 1 Siswa
13.SMK Maritim Peserta 8 Siswa, Lulus 7 Siswa (87,50%) Tidak Lulus 1 Siswa.
SEMS 160511-Jam 16.00 Wib

Sabtu, 07 Mei 2011

Dua Jenis Guru.

Pengantar : Kamis 5 Mei 2011 , Saat Ishoma pada Acara Sosialisasi Program Peningkatan Kompetensi Guru di Kota Medan, Analisis Bapak Rhenald Kasali Ketua Program MM UI yang diterbitkan harian Seputar Indonesia, sangat menarik perhatian dan sampai saya baca berkali-kali. Kembali ke Tanjungpinang, harian tersebut tertinggal, Syukurlah tulisan tersebut banyak ditulis kembali oleh blogger di dunia maya. dan saya sajikan kembali secara utuh.

Di Hari Pendidikan lalu, saya bertemu dua jenis guru. Guru pertama adalah guru kognitif, sedangkan guru kedua adalah guru kreatif. Guru kognitif sangat berpengetahuan.Mereka hafal segala macam rumus, banyak bicara, banyak memberi nasihat, sayangnya sedikit sekali mendengarkan.
Sebaliknya, guru kreatif lebihbanyaktersenyum,namun tangan dan badannya bergerak aktif. Setiap kali diajak bicara dia mulai dengan mendengarkan, dan saat menjelaskan sesuatu, dia selalu mencari alat peraga.Entah itu tutup pulpen, botol plastik air mineral,kertas lipat,lidi,atau apa saja. Lantaran jumlahnya hanya sedikit, guru kreatif jarang diberi kesempatan berbicara. Dia tenggelam di antara puluhan guru kognitif yang bicaranya selalu melebar ke mana-mana. Mungkin karena guru kognitif tahu banyak, sedangkan guru kreatif berbuatnya lebih banyak.
Guru Kognitif
Guru kognitif hanya mengajar dengan mulutnya.Dia berbicara panjang lebar di depan siswa dengan menggunakan alat tulis. Guru-guru ini biasanya sangat bangga dengan murid-murid yang mendapat nilai tinggi. Guru ini juga bangga kepada siswanya yang disiplin belajar, rambutnya dipotong rapi, bajunya dimasukkan ke dalam celana atau rok, dan hafal semua yang dia ajarkan. Bagi guru-guru kognitif, pusat pembelajaran ada di kepala manusia, yaitu brain memory.Asumsinya, semakin banyak yang diketahui seseorang, semakin pintarlah orang itu.
Dan semakin pintar akan membuat seseorang memiliki masa depan yang lebih baik. Guru kognitif adalah guruguru yang sangat berdisiplin. Mereka sangat memegang aturan, atau meminjam istilah para birokrat (PNS),sangat patuh pada ”tupoksi”.Saya sering menyebut mereka sebagai guru kurikulum. Kalau di silabus tertulis buku yang diajarkan adalah buku ”x” dan babbab yang diberikan adalah bab satu sampai dua belas,mereka akan mengejarnya persis seperti itu sampai tuntas.
Karena ujian masuk perguruan tinggi adalah ujian rumus, guru-guru kognitif ini adalah kebanggaan bagi anakanak yang lolos masuk di kampus-kampus favorit.Kalau sekarang, mereka adalah kebanggaan bagi siswa-siswa peserta UN. Sayangnya, sekarang banyak ditemukan anak-anak yang cerdas secara kognitif sulit menemukan ”pintu” bagi masa depannya.Anak-anak ini tidak terlatih menembus barikade masa depan yang penuh rintangan, lebih dinamis ketimbang di masa lalu, kaya dengan persaingan, dan tahan banting.
Saya sering menyebut anakanak produk guru kognitif ini ibarat kereta api Jabodetabek yang hanya berjalan lebih cepat daripada kendaraan lain karena jalannya diproteksi,bebas rintangan. Beda benar dengan kereta supercepat Shinkanzen yang memang cepat. Yang satu hanya menaruh lokomotif di kepalanya,sedangkan yang satunya lagi, selain di kepala, lokomotif ada di atas seluruh roda besi dan relnya.
Guru Kreatif
Ini guru yang sering kali dianggap aneh di belantara guru-guru kognitif.Sudah jumlahnya sedikit, mereka sering kali kurang peduli dengan tupoksi dan silabus. Mereka biasanya juga sangat toleran terhadap perbedaan dan cara berpakaian siswa. Tetapi, mereka sebenarnya guru yang bisa mempersiapkan masa depan anak-anak didiknya.Mereka bukan sibuk mengisi kepala anak-anaknya dengan rumus-rumus, melainkan membongkar anak-anak didik itu dari segala belenggu yang mengikat mereka.
Belenggu- belenggu itu bisa jadi ditanam oleh para guru, orang tua, dan tradisi seperti tampak jelas dalam membuat gambar (pemandangan, gunung dua buah, matahari di antara keduanya, awan, sawah, dan seterusnya). Atau belenggu-belenggu lain yang justru mengantarkan anak-anak pada perilaku-perilaku selfish, ego-centrism,merasa paling benar,sulit bergaul, mudah panik, mudah tersinggung, kurang berbagi, dan seterusnya.
Guru-guru ini mengajarkan life skills, bukan sekadar soft skills, apalagi hard skill. Berbeda dengan guru kognitif yang tak punya waktu berbicara tentang kehidupan, mereka justru bercerita tentang kehidupan (context) yang didiami anak didik. Namun, lebih dari itu, mereka aktif menggunakan segala macam alat peraga. Bagi mereka, memori tak hanya ada di kepala, tapi juga ada di seluruh tubuh manusia.
Memori manusia yang kedua ini dalam biologi dikenal sebagai myelin dan para neuroscientistmodern menemukan myelin adalah lokomotif penggerak (muscle memory). Di dalam ilmu manajemen, myelin adalah faktor pembentuk harta tak kelihatan (intangibles) yang sangat vital seperti gestures, bahasa tubuh, kepercayaan, empati, keterampilan,disiplin diri,dan seterusnya.
Saat bertemu guru-guru kognitif, saya sempat bertanya apakah mereka menggunakan alat-alat peraga yang disediakan di sekolah? Saya terkejut, hampir semua dari mereka bilang tidak perlu, semua sudah jelas ada di buku. Beberapa di antara mereka bahkan tidak tahu bahwa sekolah sudah menyediakan mikroskop dan alatalat bantu lainnya. Sebaliknya,guru-guru kreatif mengatakan: ”Kalau tidak ada alat peraga,kita akan buat sendiri dari limbah.
Kalau perlu, kita ajak siswa turun ke lapangan mengunjungi lapangan. Kalau tak bisa mendatangkan Bapak ke dalam kelas, kita ajak siswa ke rumah Bapak,”ujarnya. Saya tertegun. Seperti itulah guru-guru yang sering saya temui di negara-negara maju. Di negara-negara maju lebih banyak guru kreatif daripada guru kognitif. Mereka tak bisa mencetak juara Olimpiade Matematika atau Fisika,tetapi mereka mampu membuat generasi muda menjadi inovator, entrepreneur, dan CEO besar.
Mereka kreatif dan membukakan jalan menuju masa depan. Saat membuat disertasi di University of Illinois, para guru besar saya bukan memaksa saya membuat tesis apa yang mereka inginkan, melainkan mereka menggali dalam-dalam minat dan objektif masa depan saya. Sewaktu saya bertanya, mereka menjawab begini: ”Anda tidak memaksakan badan Anda pada baju kami, kami hanya membantu setiap orang untuk membuat bajunya sendiri yang sesuai dengan kebutuhannya.” Selamat merayakan Hari Pendidikan dan _jadilah guru yang mengantarkan kaum muda ke jendela masa depan mereka.